Arsip untuk Desember, 2016

IDEOPOLITOR-STRATAK (Power Point)

IDEOPOLITOR-STRATAK SEBAGAI PISAU ANALISIS INTELEKTUAL MUDA UNTUK MEWUJUDKAN PEMIMPIN TRANSFORMATIF
Diawali dari pengetahuan manusia terhadap realitas, merupakan bukti bahwa kecenderungan dalam mencari serta menemukan kebenaran sebagai media dalam mencapai tujuan adalah fitrah manusia. Termasuk wilayah pengetahuan yang akan bersama-sama dikaji dalam Intermediate Training ini, yaitu ideologi, politik serta strategi dan taktik (Ideopoltor-Stratak).

Berbicara soal ideopolitor-setratak tidak lepas dari wilayah kajian politik, namun perlu difahami bahwa politik yang dimaksud adalah sebatas pengetahuan atau ilmu politik, bukan politik praktis. Karena HMI adalah organisasi mahasiswa yang bersifat perkaderan dan perjuangan (AD HMI Bab IV Pasal 7,8,9) bukan partai politik ataupun organisasi yang berafiliasi atau bahkan menjadi underbow partai politik yang memiliki kepentingan mutlak demi kekuasaan. Politik adalah Sebagai media dalam mencapai tujuan, politik bukan lagi merupakan istilah yang asing atau bahkan tabu bagi kalangan mahasiswa. Namun hal penting yang harus difahami terkait dalam perjuangan politik adalah landasan gerak (epistemology, pandangan dunia dan ideologi), manusianya (kader), serta strategi dan taktik.

Kajian ideopolitor stratak akan nampak dalam kehidupan diantaranya adalah bagaimana kekuatan ideologi yang dimiliki dapat diaplikasikan dan diwujudkan secara nyata dengan menggunakan politik melalui strategi dan taktik yang elegan dan rapi, sehingga tujuan daripada yang diharapkan dapat tercapai dengan baik.

Berangkat dari ideologi yang kuat yang telah mendarah-daging dan dilandasi dengan ketauhidan yang kokoh pula serta memiliki pisau analisis yang tajam untuk mengamalkan dalam karya nyata maka kiranya pelu memiliki alat dan pakem yang tepat, yakni dengan menggunakan politik dan strategi yang tepat pula, agar apa yang direncanakan dalam tercapai sesuai harapan. Namun tidak selesai pada tataran idiologi, politik, dan strategi yang matang saja, tapi sebagai eksekutornya tetap dibutuhkan seseorang dengan mental pelopor, visioner dan memiliki kesadaran tanggung jawab individu dan sosial, yaitu seorang yang memiliki jiwa “kepemimpinan transformatif”, dalam hal ini adalah “pemimpin muda” dan tentunya embrio pemimpin muda yang ideal berasal dari HMI.

Menyoal tentang pemimpin transformative, ia adalah pemimpin yang menggunakan karisma mereka untuk melakukan transformasi dan merevitalisasi organisasinya. Dan ia lebih mementingkan revitalisasi para pengikut dan organisasinya secara menyeluruh ketimbang memberikan instruksi-instruksi yang bersifat top-down. Pemimpin yang transformatif lebih memposisikan diri mereka sebagai mentor yang bersedia menampung aspirasi para bawahannya.

Dalam perspektif kepemimpinan transformatif, sekat yang membatasi antara peran kaum muda dan golongan tua sejatinya justru menjadi jembatan dalam melakukan proses transformasi kepemimpinan. Persoalan sesungguhnya bukan terletak pada kutub perbedaan cara pandang antara kaum muda versus kaum tua,antara prokemapanan versus properubahan. Persoalan sesungguhnya justru terletak pada bagaimana membangun mekanisme dan sistem transformasi kepemimpinan. Hal itu hanya bisa berjalan jika ada visi dan konsistensi yang kuat dalam jiwa seorang pemimpin. Dan, itu bukan monopoli kaum tua atau kaum muda saja. Tidak hanya itu, pemimpin transformatif mampu membaca peluang dan situasi yang ada, dan kemudian membuat langkah-langkah yang strategis guna mewujudkan cita-citanya.

Sejarah tidaklah berhenti pada satu noktah generasi. Sejarah akan terus menghadirkan tokoh dan pemimpinnya. Sejarah pula yang akan membuktikan apakah seorang pemimpin akan tercatat dengan tinta emas atau tinta hitam penuh bercak. Pemimpin yang sukses adalah pemimpin yang berhasil melahirkan pemimpin yang melebihi kemampuannya.

STRATAK hanya boleh dipelajari oleh kader HMI yang militan dan bermental pelopor, kader yang telah memiliki kesadaran ideologi dan organisasi serta sanggup berfikir politis realistis.

Seorang yang penakut, menghindari resiko dan lebih mengedepankan kepentingan pribadi dari pada kepentingan perjuangan “HARAM” mempelajari STRATAK.

STRATAK adalah modal untuk bergerak dengan “elegan” dan penuh perhitungan yang matang, tidak sembrono, anarkis dan nyelonong “offside” serta tidak bertindak radikal ekstrem yang ngawur dan nekad

IDEOLPOLITOR STRATAK

Ideologi ,berasal dari bahasa Yunani dan merupakan gabungan dari dua kata yaitu edios yang artinya gagasan atau konsep dan logos yang berarti ilmu. Pengertian ideologi secara umum adalah sekumpulan ide, gagasan, keyakinan dan kepercayaan yang menyeluruh dan sistematis. Dalam arti luas, ideology adalah pedoman normatif yang dipakai oleh seluruh kelompok sebagai dasar cita-cita, nila dasar dan keyakinan yang dijunjung tinggi. Pada wilayah ideologi, tauhid jelas haruslah menjadi dasar utamanya (sumber). Bagaimana pemahaman kader maupun manusia secara umum tentang Tauhid menjadi dasar dari epistemologinya. Sehingga dengan pengetahuan yang bersumber dari Tauhid tersebut akan dapat menghasilkan pandangan dunia yang objektif. Selanjutnya pandangan dunia atau cara memahami realitas tersebut yang nantinya sebagai perangkat ideologi. Jika lebih disederhanakan lagi, ideologi sangatlah penting dalam perjuangan politik, sebab ideologi sebagai landasan setiap gerak yang akan diaktualisasikan.

2. Politik,  Politik secara sederhana dapat kita artikan sebagai suatu media untuk mencapai maksud atau tujuan. Politik merupakan pengetahuan terapan, di mana dengan pengetahuan politik maksud serta tujuan yang akan dicapai dapat diperjuangkan melalui perjuangan politik dengan menggunakan ilmu pengetahuan politik. Tentu saja di dalam politik tersebut masih membutuhkan banyak pengetahuan terapan yang lain, yaitu strategi dan taktik.

“Ilmu tanpa amal adalah dosa, demikian pula amal tanpa ilmu.” Pernyataan tersebut adalah yang disampaikan oleh Nabi Muhammad saw, jika kita kaitkan dengan perjuangan politik, maka politik adalah merupakan sebuah amal, jika tidak disertai dengan ilmu maka akan sia-sia. Dalam sebuah perjuangan politik, strategi dan taktik adalah ilmunya, selain landasan tauhid sebagai dasar ideologi dan juga pengetahuan mengenai ilmu politik itu sendiri.

3. Strategi dan taktik ,Mengambil istilah “sebuah peperangan”, strategi adalah memanfaatkan pertempuran untuk mengakhiri peperangan. Sedangkan taktik adalah penggunaan kekuatan untuk memenangkan suatu pertempuran. Dalam pandangan HMI, seperti yang diungkapkan oleh Dahlan Ranuwiharjo sebagai tokoh pendidik politik di HMI bahwa strategi adalah Bagaimana menggunakan peristiwa-peristiwa politik dalam jangka waktu tertentu untuk mencapai rencana perjuangan, sedangkan taktik adalah bagaiman menentukan sikap atau menggunakan kekuatan dalam menghadapi peristiwa politik tertentu pada saat tertentu.

Hubungan Taktik dengan Strategi

Taktik merupakan bagian dari strategi. Maka dalam hal ini, taktik harus tunduk kepada strategi yang ada.

  • Jika semua taktik berhasil maka strateginya berhasil.
  •  Jika Semua taktik gagal maka strateginya gagal.
  • Jika salah satu taktik gagal, maka strategi masih bias berhasil dengan syarat taktik yang lainnya berhasil, dan bersifat strategis.
  • Jika Sebagian taktik berhasil namun sebagian taktik strategis yang lain gagal, maka stratgi gagal.

Taktik strategis adalah taktik mengenai suatu kejadian politik, namun kejadian itu menentukan bagi seluruh rencana strategis, dengan kata lain taktik ini adalah taktik utama/ prioritas.

Dasar-dasar Menyusun Strategi

Dalam menyusun suatu strategi untuk mencapai tujuan tertentu ada bebrapa hal mendasar yang perlu diperhatikan, diantaranya:

  • Menetapkan sasaran yang hendak dicapai oleh organisasi dalam jangka waktu tertentu. Sasaran disesuaikan dengan kemampuan oranisasi.
  • Jangka waktu ditentukan sebagai jangka waktu sekarang (jangka pendek) dan jangka waktu beberapa tahun ke depan (jangka panjang).
  •  Harus terdapat rencana atau strategi alternatif.
  • Harus dapat menambah kekuatan serta memperkuat posisi.
  •  Harus mampu membentuk opini publik (subyektifitas menjadi objektifitas)

Dasar-dasar Membentuk Taktik

Taktik merupakan bagian dari strategi, berikut adalah beberapa dasar dalam membentuk sebuah taktik:

  1. Fleksibilitas ,Yaitu sikap dan langkah yang dapat berubah sesuai dengan kondisi yang terjadi.
  1. Orientatif, evaluative dan estimatif,  Perjuangan politik tidak mampu melihat hasil atau keberhasilan yang dicapai nanti, sebab hal tersebut belum terjadi. Namun dengan menentukan langkah, mengira-ngira (mengorientasikan) serta mengevaluasi keadaan dan kemungkinan yang akan terjadi, disertai dengan memperhitungkan beberapa hal maka kita akan dapat melihat bayangan aka nada dan tidaknya kesempatan untuk berhasil.
  1. KerahasiaN, Strategi harus dirahasiakan, biarlah lawan meraba apa langkah perjuangan yang akan kita lalui.
  1. Gerak tipu/mengelabuhi.
  2. Lima S; (Sasaran, Sarana, Sandaran, Sistem, Saat).
  3. Perpaduan antara Kondisi Objektif dan Kondisi Objektif, kondisi subjektif mematangkan kondisi objektif, begitu juga sebaliknya. Antara kedua kondisi ini memiliki hubungan timbal balik yang saling mempengaruh

Hukum – Hukum Stratak

  1. Kuantitas, Jumlah yang besar akan mengalahkan jumlah yang kecil. Pihak yang berjumlah kecil tidak  boleh menyerang musuh yang berjumlah besar. Jika musuh yang berjumlah besar menyerang pihak yang berjumlah kecil hendaknya menyingkir. Musuh yang berjumlah besar tidak dapat dihancurkan sekaligus, melainkan sedikit demi sedikit dan secara terus menerus.
  1. Perpaduan antara kualitas dan kuantitas.Kurang dalam kuantitas harus diimbangi dengan kelebihan dalam kualitas. Kurang dalam kualitas harus diimbangi dengan kelebihan kuantitas.
  1. Posisi. Posisi yang baik adalah separuh kekuatan. Posisi yang tidak baik memerlukan dua kali kekuatan.
  1. Cadangan.Pihak yang mempunyai cadangan, walaupun telah mundur dan kalah akan dapat maju kembali. Jika musuh sedang kalah dan mundur, kejarlah. Hancurkan cadangan musuh sebelum musuh maju dan bangkit kembali dengan cadangannya.
  1. Kawan, Sekutu dan Lawan.Secara ideologis, kawan adalah yang seideologi. Secara strategis sekutu harus selalu diperbanyak dan pihak-pihak lawan harus dikurangi. Musuh nomor satu adalah golongan terbesar yang ideologinya membahayakan kehidupan ideologi sendiri. Sekutu dan musuh nomor satu adalah lawan. Lawan dan sekutu nomor satu adalah musuh. Antara sekutu dan musuh terdapat golongan-golongan yang bukan musuh dan bukan sekutu. Golongan ini pada suatu saat dapat menjadi musuh, pada saat lain menjadi sekutu dan pada satu ketika dapat pula sekaligus menjadi sekutu dan musuh.
  1. “Divide et impera”. Pecah belah musuh dan hancurkan dulu yang besar.
  1. Menyerang, Menyerang adalah Pertahanan yang Terbaik.Yang menang ialah yang selalu memegang inisiatif. Biarkan lawan bergerak menurut inisiatif kita pada saat dan tempat kita pilih. Biarkan lawan beraksi terus terhadap isu-isu yang kita lontarkan. Tujuan membenarkan setiap cara sepanjang tidak bertentangan dengan kekuatan ideology serta tidak membawa akibat yang dapat merugikan sendiri.

Peran stratak sebagai alat perjuangan organisasi

Stratak adalah cara digunakan oranisasi untuk mencapai sasaran perjuangan. Garis dari setiap stratak harus disesuaikan dengan kondisi organisasi. Kesuksesan stratak akan semakin memperkuat organisasi, begitu juga sebaliknya. Semakin berkurang kekuatan organisasi, semakin tidak mampu organisasi itu melaksankan stratak yang besar, semakin kecil stratak yang dapat dilaksanakan oleh organisasi semakin jauh organisasi tersebut dari tujuan perjuangan politiknya. Stratak tidak mampu berdiri sendiri, melainkan dia hanya alat pelaksana bagi tujuan ideologi, yaitu untuk mempertahankan dan menambah kekuatan serta posisi sendiri, di samping itu juga untuk menghancurkan dan m

Peran stratak sebagai alat perjuangan organisasi

Mengurangi kekuatan serta posisi lawan.

PEMIMPIN TRANSFORMATIFIDEOPOLITOR-STRATAK

Pengertian Pemimpin Transformatif, Pemimpin transformatif adalah pemimpin menggunakan karisma mereka untuk melakukan transformasi dan merevitalisasi organisasinya. Dan ia lebih mementingkan revitalisasi para pengikut dan organisasinya secara menyeluruh ketimbang memberikan instruksi-instruksi yang bersifat top-down. Pemimpin yang transformatif lebih memposisikan diri mereka sebagai mentor yang bersedia menampung aspirasi para bawahannya.

Ciri-ciri Pemimpin Transformatif

Pertama, pemimpin transformatif  memiliki karisma yang dapat menghadirkan sebuah visi yang kuat dan memiliki kepekaan terhadap misi kelembagaannya.Ini berarti setiap gerak dan aktivitasnya senantiasa disesuaikan dengan visi dan misi organisasinya. Inilah yang dijadikan sebagai acuan untuk tetap konsisten dalam mengimplementasikan kebijakan-kebijakannya.

Kedua, senantiasa menghadirkan stimulasi intelektual. Artinya, mereka selalu membantu dan mendorong para pengikutnya untuk mengenali ragam persoalan dan cara-cara untuk memecahkannya. Para pengikutnya diberi kesempatan untuk berpartisipasi mengidentifikasi persoalan dan secara bersama- sama mencari cara penyelesaian yang terbaik. Dalam karakteristik ini, pemimpin transformatif lebih banyak mendengar ketimbang memberikan instruksi.

Ketiga, pemimpin yang transformatif memiliki perhatian dan kepedulian terhadap setiap individu pengikutnya. Mereka memberikan dorongan, perhatian, dukungan kepada pengikutnya untuk melakukan hal yang terbaik bagi dirinya sendiri dan komunitasnya.

 Keempat, pemimpin transformatif senantiasa memberikan motivasi yang memberikan inspirasi bagi pengikutnya dengan cara melakukan komunikasi secara efektif dengan menggunakan simbol-simbol, tidak hanya menggunakan bahasa verbal.

Kelima, berupaya meningkatkan kapasitas para pengikutnya agar bisa mandiri, tidak selamanya tergantung pada sang pemimpin. Ini berarti pemimpin transformatif menyadari pentingnya proses kaderisasi dalam transformasi kepemimpinan berikutnya. Ini berbeda dengan model kepemimpinan karismatik yang memosisikan para pengikutnya tetap lemah dan tergantung pada dirinya tanpa memikirkan peningkatan kapasitas dari para pengikutnya.

 Keenam, para pemimpin transformatif lebih banyak memberikan contoh ketimbang banyak berbicara. Artinya, ada sisi keteladanan yang dihadirkan kepada para pengikutnya dengan lebih banyak bekerja ketimbang banyak berpidato yang berapi-api tanpa disertai tindakan yang konkret.

PENGERTIAN INTELEJEN

Posted: Desember 14, 2016 in Uncategorized

Proses intelijen telah dikenal sebagai tugas para spionase. Para ahli bahasa mengatakan bahwa kata tajassus (memata-matai) yang berasal dari kata ‘jassa’ yang berarti ‘menyentuh dengan tangan’. Yajussuhu jassan yang berarti menyentuh dengan suatu sentuhan. Jassasy-Syakshu bi ainaihi berarti seseorang yang menyelidiki dengan panca inderanya agar suatu masalah menjadi jelas. Ini adalah kata kiasan, karena kata jassa-yang berarti menyentuh dengan tangan-mengandung pengertian meminta sambil menyentuh, karena biasanya orang yang meminta sesuatu pasti menyentuhnya.

Sebagian besar kitab fiqih menyebutkan bahwa makna al jasus adalah mata, dan mata pada dasarnya adalah mata-mata (spionase). Definisi al jassus atau spionase dalam ensiklopedia Islam adalah yang selalu bergandengan dengan kalimat ain (mata).

Dapat disimpulkan, bahwa at-tajassus adalah: mencari dan memeriksa berita dan informasi rahasia yang tersembunyi yang dimiliki musuh, dengan menggunakan perangkat spionase yang bertujuan menyingkapnya dan memanfaatkannya untuk menyiapkan rencana perlawanan.
Pada situasi perang/situasi darurat pada saat ini proses intelijen adalah dalam rangka mengumpulkan informasi tentang Negara yang memerangi, dengan tujuan untuk melancarkan serangan balik kepada Negara musuh.

PROSES INTELIJEN

Proses intelijen merupakan rangkaian kegiatan secara terus menerus, berlanjut dan berulang dimulai dari tahap perencanaan, pengumpulan keterangan, pengolahan keterangan, penyampaian dan penggunaan untuk mendapatkan intelijen yang berkaitan dengan ancaman dan atau peluang ancaman.

Proses intelijen harus dipahami dan dikuasai oleh setiap Aparat Intelijen untuk dapat menyediakan dan memberikan intelijen yang aktual kepada Komandan/Pimpinan untuk dijadikan dasar pengambilan keputusan dan tindakan serta membuat perencanaan kegiatan selanjutnya dibatasi dalam pembahasan mengenai siklus Roda Perputaran Intelijen yang disusun dengan tata urut sebagai berikut:

 Perencanaan.
 Pengumpulan Keterangan.
 Pengolahan.
 Penyampaian dan Penggunaan.
 Evaluasi Akhir.

Ω . PERENCANAAN

Perencanaan merupakan suatu kegiatan untuk merumuskan kebutuhan dari keinginan Pimpinan/Komandan sebagai pedoman dalam pelaksanaan tugas pokok di lapangan untuk memberikan pengarahan kegiatan intelijen, sehingga dapat dilaksanakan secara terarah dan sistematis guna mendapatkan hasil yang maksimal. Tahap perencanaan dilakukan oleh Staf Intelijen setelah menerima petunjuk/perintah dari Komandan/Pimpinan atau tugas yang dicari sendiri. Tahap ini sangat menentukan keberhasilan pelaksanaan tugas pokok.

Ω . PENGUMPULAN KETERANGAN

Pengumpulan keterangan akan menghadapi berbagai kesulitan karena musuh/lawan selalu berusaha menggagalkan kegiatan pengumpulan keterangan yang kita laksanakan. Musuh/lawan akan merahasiakan kekuatan, kedudukan, kegiatan/aktivitas, serta hal lain dan berusaha dengan melakukan penyesatan dan pengelabuan. Maka keterangan yang diperoleh akan tergantung dari kualitas Badan Pengumpul untuk melaksanakan Pengumpulan Keterangan dan sangat dipengaruhi oleh sumber keterangan yang ada.

Dalam proses pengumpulan keterangan harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

a. Kegiatan Intelijen

Adalah semua usaha, pekerjaan, kegiatan dan tindakan secara rutin dan terus menerus yang dilaksanakan semua satuan didasarkan suatu tata kerja yang tetap dalam rangka menyelenggarakan fungsi intelijen.

b. Operasi Intelijen

Adalah segala usaha, pekerjaan, kegiatan dan tindakan yang terencana dan terarah yang dilaksanakan oleh satuan intelijen untuk mendapatkan keterangan atau menciptakan/merubah kondisi yang dikehendaki dan atau untuk melawan jaring intelijen lawan untuk kepentingan pengamanan, berdasarkan suatu rencana untuk mencapai tujuan khusus diluar tujuan rutin, dalam hubungan ruang dan waktu yang terbatas dan dilakukan atas dasar perintah yang berwenang. Dalam Operasi Intelijen sasaran dan waktu telah ditentukan serta didukung biaya.

Dalam pelaksanaan Operasi Intelijen setiap Aparat Intelijen tetap mempedomani prinsip, sifat, macam, bentuk penugasan dan kewenangan Operasi Intelijen itu sendiri.

Untuk mendapatkan keterangan yang tepat guna dan tepat waktu maka diperlukan taktik dan tekhnik dalam pengumpulan keterangan yang tepat. Taktik dan tekhnik yang digunakan dapat dengan cara terbuka atau tertutup maupun kombinasi yang disesuaikan dengan keadaan sasaran dan akses terhadap sasaran. Taktik yang digunakan dalam penyelidikan yaitu observasi dan penelitian sedangkan tekhnik penyelidikan meliputi matbar, wawancara, interogasi, penjejakan, penyurupan, pengintaian dan penyadapan. Sumber keterangan bisa berasal dari satuan sendiri maupun diluar satuan sendiri yang berpedoman kepada nilai kepercayaan terhadap sumber keterangan maupun nilai kebenaran bahan keterangan yang dimiliki.

Sumber keterangan dapat berupa:

 Perorangan >>> Ari, Abdi, Ria dll.
 Organisasi >>> Karang taruna, Organisasi Santri, HMI, FPI, MMI .
 Naskah >>> Hasil Syuro’, Dokumen Pelatihan, laporan-laporan.
 Barang >>> Kaset, disket, film, senjata dll.
 Kegiatan >>> Penggerebekkan, pengepungan, penculikan.

Ω . PENGOLAHAN

Kegiatan pengolahan merupakan tahap ketiga dari Roda Perputaran Intelijen. Dalam hal ini bahan keterangan yang telah diterima diolah melalui proses pencatatan, penilaian dan penafsiran, sehingga bahan keterangan yang awalnya masih merupakan bahan mentah ditransformasikan menjadi intelijen. Proses pengolahan bahan keterangan menjadi intelijen dilakukan secara terus menerus melalui kegiatan : pencatatan, penilaian dan penafsiran.

a. Pencatatan

Merupakan kegiatan pencatatan secara sistematis yang berupa tulisan atau gambar agar memudahkan dalam kegiatan penilaian dan penafsiran. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pencatatan:

1. Mudah untuk dicatat (dikelompokkan berdasarkan bidang dan masalahnya)
2. Sederhana, mudah dimengerti.
3. Memungkinkan kecepatan dalam pekerjaan penyusunan.
4. Penyajian keterangan-keterangan yang diperlukan tidak terpengaruh oleh situasi dan kondisi.
5. Memudahkan pelaksanaan penilaian dan penafsiran.
6. Memudahkan dan menjamin kecepatan mempersiapkan laporan.

Sarana Pencatatan antara lain:

1. Buku harian intelijen.
2. Tabulasi data.
3. Peta situasi.
4. File intelijen.
5. Lembaran kerja.
6. Catatan pribadi.

b. Penilaian

Suatu kegiatan yang dilakukan secara beriringan atau bersamaan dengan kegiatan pencatatan. Kegiatan ini dilakukan dengan menilai suatu bahan keteragan secara kritis, yang akan digunakan sebagai dasar kegiatan penafsiran. Penilaian adalah menentukan “tingkat kebenaran” bahan keterangan dan “tingkat kepercayaan” sumber bahan keterangan.
Ukuran penilaian:
1. Penilaian tingkat kepercayaan terhadap sumber diklasifikasikan dengan huruf A, B, C, D, E dan F.
Penilaian tingkat kepercayaan terhadap sumber:
A = Dapat dipercaya sepenuhnya
B = Biasanya dapat dipercaya
C = Agak dapat dipercaya
D = Biasanya tak dapat dipercaya
E = Tidak dapat dipercaya
F = Kepercayaan tidak dapat dinilai
2. Penilaian kebenaran suatu keterangan diklasifikasikan dengan angka 1, 2, 3, 4, 5 dan 6.
Penilaian keterangan atau tingkat kebenaran suatu keterangan yaitu :
1 = Dibenarkan oleh sumber lain.
2 = Sangat mungkin benar.
3 = Mungkin benar.
4 = Kebenarannya diragukan.
5 = Tidak mungkin benar.
6 = Kebenarannya tidak dapat dinilai.

c. Penafsiran

Merupakan proses transformasi bahan keterangan menjadi intelijen dengan cara mencocokkan dan membandingkan keterangan yang satu dengan yang lainnya. Disamping itu penafsiran juga merupakan pertimbangan yang kritis terhadap keterangan melalui analisa, integrasi dan penentuan kesimpulan.

C.1. Analisa

Merupakan suatu proses pemilihan dan penyaringan bahan keterangan yang telah dinilai baik sumber maupun isinya serta memisahkan dari bahan keterangan lain berdasarkan kepentingan tugas pokok. Proses Analisa harus dapat mengintegrasikan antara intelijen dasar dan intelijen aktual dalam rangka menentukan intelijen ramalan. Dalam penganalisaan perlu mempedomani hal-hal antara lain:

a. Kelengkapan informasi/bahan keterangan. Semakin lengkap informasi/keterangan yang diperoleh akan lebih memudahkan dalam menganalisa suatu masalah.
b. Memenuhi target operasi. Dalam penganalisaan bahan keterangan/informasi harus relevan dengan Target Operasi yang diterima, sehingga tidak menyimpang dengan Target Operasi yang diterima.
c. Bahan Keterangan yang aktual. Hal ini akan berpengaruh terhadap proses analisa sehingga dapat diperoleh kesimpulan yang tepat.
d. Faktor-faktor yang berpengaruh:

• Kemampuan dan pengalaman petugas.
• Waktu yang tersedia.
• Bahan Keterangan yang diperoleh.
• Sarana dan prasarana yang tersedia.

C. 2. Integrasi

Integrasi merupakan kegiatan mengkompilasikan keterangan yang dipisahkan pada waktu melakukan analisis dan menghimpunnya dengan keterangan-keterangan lain yang sudah diketahui untuk membentuk suatu gambaran yang logis atau hipotetis tentang suatu masalah. Langkah tersebut antara lain:
ü Memadukan beberapa bahan keterangan sesuai Target Operasi. Hal ini perlu dilaksanakan untuk melengkapi atau memperkuat antara keterangan yang satu dengan yang lainnya. Apabila ada suatu bahan keterangan yang tidak mendukung tugas pokok, keterangan tersebut dapat diabaikan.
ü Mengolah bahan keterangan yang diperoleh dengan intelijen dasar yang tersedia. Bahan keterangan yang diperoleh selanjutnya diolah dan diperbandingkan dengan intelijen dasar yang tersedia sehingga keduanya dapat saling memperkuat/mendukung atau tidak saling mendukung.
ü Pembuatan intelijen ramalan. Merupakan kegiatan pembuatan perkiraan yang akan terjadi dengan cara mentransformasikan intelijen dasar, intelijen aktual dan kecenderungan situasi yang ada secara tepat dan benar, sehingga dapat diprediksi kemungkinan yang akan terjadi dalam bentuk intelijen ramalan.

C.3. Kesimpulan

Tahap akhir dalam proses penafsiran keterangan, adalah mengambil kesimpulan dari hipotesis-hipotesis yang dikembangkan. Kesimpulan mencakup tafsiran atau interpretasi dari suatu keterangan. Kesimpulan ini selanjutnya dijadikan dasar membuat perkiraan mengenai kemungkinan perkembangan situasi yang akan dihadapi. Perkiraan tersebut jelas hanya merupakan hipotesis yang disampaikan kepada pihak pimpinan/atasan. Untuk membuktikan atau untuk memperoleh keyakinan mengenai perkiraan yang disampaikan oleh staf intelijen, pihak pimpinan bersangkutan dapat mengajukan verifikasi dengan mengajukan UUK baru. Dengan demikian proses RPI berjalan kembali mulai dari proses perencanaan, pengumpulan, pengolahan dan penyampaian/penggunaan berjalan terus.

Ω . PENYAMPAIAN DAN PENGGUNAAN

Penyampaian dan penggunaan merupakan tahap/langkah akhir dari roda perputaran intelijen, merupakan lanjutan dari langkah pengolahan yang telah disusun dalam bentuk produk intelijen untuk disampaikan kepada pengguna.
Betapapun baiknya produk intelijen yang telah disusun dan disiapkan tidak akan ada artinya bila tidak dapat dipergunakan oleh pengguna. Agar dapat dipergunakan maka produk intelijen yang telah disusun harus tepat waktu dan dapat menjawab tuntutan tugas.

1. Penyampaian

Kegiatan penyampaian adalah kegiatan pengiriman/distribusi produk intelijen kepada pimpinan dan unsur-unsur lain yang berkepentingan sesuai dengan kebutuhan. Produk intelijen ini berisi masukan dan saran dari staf/satuan intelijen kepada pimpinan untuk dijadikan bahan pengambilan keputusan serta disampaikan pada staf lain yang berkepentingan sebagai bahan koordinasi. Melihat urgensinya maka intelijen yang disampaikan kepada pimpinan dan staf lain yang berkepentingan, penyampaiannya harus tepat waktu dan tepat alamat agar mampu menjawab tuntutan tugas serta tetap memperhatikan faktor keamanan. Dalam pelaksanaannya kegiatan penyampaian ini dapat disampaikan secara lisan maupun tertulis sesuai dengan kebutuhan.

Ketentuan-ketentuan yang harus diperhatikan dalam penyajian/penyampaian produk intelijen adalah:

o Menjawab tuntutan tugas. Intelijen yang disajikan harus menjawab tuntutan tugas yang diterima dari pimpinan dan memuat hal-hal yang diprediksikan yang berpengaruh terhadap keberhasilan tugas pokok.
o Tepat waktu dalam penyampaian. Intelijen akan bernilai tinggi apabila tidak terlambat sampai kepada pengguna.
o Pengguna yang tepat. Produk intelijen diberikan kepada pejabat yang meminta (pimpinan) dan juga kepada pejabat lain yang berkepentingan sesuai dengan tuntutan tugas.
o Faktor keamanan. Produk intelijen ini hanya disampaikan kepada pejabat yang benar-benar mempunyai kaitan didalam tuntutan tugas yang diberikan oleh pimpinan. Oleh sebab itu, demi menjamin kerahasiaan intelijen ini, maka pendistribusiannya harus benar-benar selektif dan tepat sasaran untuk menghindari kebocoran yang dapat mempengaruhi pada tugas pokok apabila jatuh ditangan orang yang tidak berhak.

Dalam penyampaian produk intelijen, dapat melalui beberapa bentuk tertulis maupun tidak tertulis antara lain:

a. Tertulis, diantaranya:

• Telaahan
Berupa: Catatan Memo, Analisa Daerah Operasi, Study Intel, Intisari Informasi. Perkiraan Intelijen, Perkiraan Keadaan Intelijen, Perkiraan Pengamanan, Perkiraan Keadaan Keamanan.

• Laporan
– Laporan periodik. Adalah laporan yang dibuat secara periode waktu yang ditentukan, berupa: Laporan Harian, Laporan Mingguan, Laporan Tahunan, laporan Triwulan.
– Laporan Non Periodik. Adalah laporan yang dibuat sesuai dengan kejadian atau situasi yang berlaku dan dapat juga merupakan laporan lanjutan dari laporan sebelumnya, berupa: Laporan Harian Khusus, Laporan Informasi, Laporan Khusus, Laporan Atensi, Laporan Penugasan, Laporan Kegiatan, Laporan Masalah menonjol.

b. Tidak Tertulis/Lisan, berupa: Paparan, Telepon dan Secara langsung.

2. Penggunaan

Intelijen yang dihasilkan harus segera disampaikan kepada pengguna, selanjutnya digunakan untuk:
1. Penyusunan rencana
2. Penentu kebijaksanaan
3. Pengambilan keputusan
Pengguna yang dimaksud dalam hal ini adalah pimpinan yang meminta/ memerintahkan dan atau pejabat lain yang berkepentingan antara lain:
1. Komandan
2. Staf Terkait
3. Satuan lain yang berkepentingan

Ω . EVALUASI AKHIR
Diperlukannya evaluasi akhir adalah untuk mengetahui sejauh mana hambatan-hambatan yang dialami dilapangan dari rangkaian proses intelijen tersebut.
Evaluasi berkaitan dengan penilaian atas proses berulang dimulai dari tahap Perencanaan, Pengumpulan Keterangan, Pengolahan Keterangan, Penyampaian dan Penggunaan untuk mendapatkan intelijen yang berkaitan dengan ancaman dan atau peluang ancaman.pengertian-intelijen